Rabu, 16 Februari 2022

Empati Dalam Konseling

 Nama Guru            : Mitha Aviska, S. Pd

Mata Pelajaran      : Bimbingan dan Konseling

Materi                     : Empati Konseling Terhadap Siswa

Tujuan                   : Agar Peserta Didik Mampu Meningkatkan Rasa Empati                                         Yang Ada Dalam Diri


Assalamuaikum selamat pagi anak soleh dan sholeha. Semangat kembali mengikuti PJJ dihari ini.. Dipersiapakan segala sesuatu yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran nya. Tak bosan selalu ibu ingatkan untuk selalu Istiqomah dalam menjalankan Shalat 5 waktu Sunnah Dhuha dan Muroja'ah nya nak dirumah ... Semoga usaha dan niat kita semua dimudahkan oleh Allah SWT...

Kita kembali PJJ dari rumah ya nak, semoga itu tidak membuat kalian jadi malas belajar dan mengabaikan tugas dari Bapak/Ibu guru. Selalu tanamkan niat dalam diri kalian dan yakin bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Soo tetap semangat mengikuti PJJ dan ingat jika ada kendala atau kesulitan dalam belajar . Silahkan hubungi wali kelas atau guru BK kalian....


Materi hari ini silahkan dibaca dan dipahami....

Empati dalam konseling merupakan hal yang sangat penting. Mengingat proses konseling merupakan sebuah bantuan melalui interaksi. Salah satu masalah yang sering muncul  adalah kurangnya rasa empati dalam berkomunikasi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman interaksi komunikasi sehingga konseli frustasi dan tidak ada manfaat yang dihasilkan dari proses konseling tersebut. Empati merupakan dasar hubungan interpersonal. Hal yang juga penting diungkap dalam konteks peningkatan mutu empati seseorang adalah berlatih menampakkan ekspresi-ekspresi atau isyarat-isyarat non-verbal yang membuat orang lain merasa dimengerti dan diterima, karena kemampuan empati terutama melibatkan kemampuan seseorang untuk membaca perasaan lewat pemahaman terhadap isyarat-isyarat non verbal orang lain. Pemahaman seperti ini membuat hubungan antar individu terjalin dengan baik.

Zimmer menjelaskan bahwa konselor yang menggunakan empati cenderung menggunakan attending dimana komponen-komponennya termasuk didalam empati (kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan). Empati dekat dengan perilaku attending, paraphrasing, dan reflection of feeling. Bahkan komponen-komponen attending amat besar perannya dalam empati. Dengan perkataan lain bahwa jika kita ingin memahami empati secara mendasar haruslah melalui perilaku attending. Sebab dengan perilaku attending maka konselor akan mudah melakukan empati. Dengan adanya empati dan attending maka konseli akan terlihat lebih terbuka dalam hubungan konseling. Empati lebih dari sekedar refleksi perasaan. Empati dilaksanakan konselor dengan menggunakan keterampilan mempengaruhi (influencing skill)dengan komponen – komponennya, keterbukaan diri (self-disclosure), pengarahan (directive), dan penafsiran (interpretation). Dengan adanya komponen-komponen itu maka empati akan menjadi mendalam dan akurat serta nilainya tinggi sehingga segera dapat mengubah perilaku konseli.

Menurut Rogers, empati konselor sebagai salah satu faktor kunci yang membantu konseli untuk memecahkan masalah personalnya. Ketika seseorang berempati kepada orang lain, maka akan meletakkan dirinya “in their shoes”,melihat dunia dari mata mereka, membayangkan bagaimana bila menjadi mereka, dan berusaha merasakan apa yang mereka rasakan. Jika Konseli merasa dimengerti, maka mereka akan lebih mudah membuka diri untuk mengungkapkan pengalaman mereka dan berbagi pengalaman tersebut dengan orang lain. Konseli yang membagi pengalamannya secara mendalam memungkinkan untuk menilai kapan dan di mana mereka membutuhkan dukungan, dan potensi kesulitan yang membutuhkan fokus untuk rencana perubahan.

Saat konseli melihat empati pada diri konselor, mereka akan lebih nyaman untuk dan tidak melakukan defend seperti penyangkalan, penarikan diri, dan lain – lain. Artinya empati konselor mampu memfasilitasi perubahan  pada konseli . Sebaliknya akan lebih mau membuka diri terhadap dunia luar dengan cara yang lebih konstruktif. Semakin besar derajat empati konselor, maka akan semakin besar pula peluang yang dimiliki oleh konseli untuk dapat melangkah maju dalam konseling. Sehingga pelayanan bimbingan konseling di sekolah yang merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dapat berjalan maksimal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karakteristik Generasi Z

  Nama Guru                : Mitha Aviska, S. Pd  Mata Pelajaran         : Bimbingan dan Konseling Kelas                            : XII IP...