Nama Guru : Mitha Aviska, S. Pd
Mata Pelajaran : Bimbingan dan Konseling
Kelas : X IPS 2 & 3 , XI IPA 1, 2, 3 & 4
Materi : Penyesuaian Diri Remaja part II
Tujuan : Agar Peserta Didik Mampu Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan
Assalamualaikum anak soleh dan sholeha. Selalu semangat dalam memulai belajar walau masih pembelajaran jarak jauh. Tak bosan ibu ingatkan untuk selalu Istiqomah dalam menjalankan Shalat 5 waktu serta Sunnah Dhuha dan Muroja'ah nya ya nak..
Yuk disimak materi hari ini ... Semoga bermanfaat untuk kita
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
Manusia sejak dilahirkan akan berhadapan
dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri
yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian secara fisiologis, yang
dikenal dengan adaptasi. Bayi yang baru lahir akan menangis, karena ia dituntut
untuk bernafas, dan berfungsinya organ-organ tubuh. Pada dasarnya manusia telah
diberikan kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Sistem
yang mengatur proses adaptasi ini disebut dengan homeostatis, bagaimana mata
berkedip ketika ada debu yang masuk ke dalam mata, pori-pori mengeluarkan
keringat ketika tubuh kepanasan. Sistem homeostatis ini merupakan usaha tubuh
untuk beradaptasi dan mengembalikan keseimbangan tubuh. Tetapi manusia seiring
dengan perkembangannya, tidak hanya membutuhkan adaptasi, juga dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri secara psikologis yang sering disebut dengan ‘adjustment’ (penyesuaian diri). Ahli
Psikologi mendefinisikan penyesuaian diri (adjustment)
sebagai usaha individu dalam mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustrasi serta
konflik dan tercapainya keharmonisan antara tuntutan diri dan lingkungan dengan
melibatkan proses mental dan perilaku. Jadi dalam penyesuaian diri (adjustment) terdapat dua bentuk proses,
yaitu proses mental/psikologis dan perilaku.
Manusia sejak lahir telah dihadapkan
dengan lingkungan, yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk
menghadapi lingkungan (stress) beranekaragam,
dan keberhasilan dalam penyesuaian diri pun beranekaragam. Bagi mereka yang
berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi
mereka yang gagal akan mengalami maladjustment
yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik, psikopatik). Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan (pressure) dari
lingkungan atau ia
mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang
mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam menghadapi stres
ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana
kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
Tindak kriminal, penyalahgunaan
obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri
terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan
dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak
kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan
perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut
akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga
terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri yang baik (good
adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang,
efisien, memuaskan, dan wholesome.
Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai
dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang
ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.
Penyesuaian diri bersifat relatif,
karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan
pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang
dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini
bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat
perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri
bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya
lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap
individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.
Manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan, yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk menghadapi lingkungan (stress) beranekaragam, dan keberhasilan dalam penyesuaian diri pun beranekaragam. Bagi mereka yang berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi mereka yang gagal akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik, psikopatik). Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan (pressure) dari lingkungan atau ia mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam menghadapi stres ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
Tindak kriminal, penyalahgunaan
obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri
terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan
dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak
kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan
perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut
akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga
terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri yang baik (good
adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang,
efisien, memuaskan, dan wholesome.
Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai
dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang
ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.
Penyesuaian diri bersifat relatif,
karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan
pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang
dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini
bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat
perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri
bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya
lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap
individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar