Selasa, 02 Februari 2021

Penyesuaian Diri Remaja part II

 Nama Guru : Mitha Aviska, S. Pd

Mata Pelajaran : Bimbingan dan Konseling

Kelas : X IPS 2 & 3 , XI IPA 1, 2, 3 & 4

Materi : Penyesuaian Diri Remaja part II

Tujuan : Agar Peserta Didik Mampu Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan 


Assalamualaikum anak soleh dan sholeha. Selalu semangat dalam memulai belajar walau masih pembelajaran jarak jauh. Tak bosan ibu ingatkan untuk selalu Istiqomah dalam menjalankan Shalat 5 waktu serta Sunnah Dhuha dan Muroja'ah nya ya nak..

Yuk disimak materi hari ini ... Semoga bermanfaat untuk kita


PENYESUAIAN DIRI REMAJA


Manusia sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian secara fisiologis, yang dikenal dengan adaptasi. Bayi yang baru lahir akan menangis, karena ia dituntut untuk bernafas, dan berfungsinya organ-organ tubuh. Pada dasarnya manusia telah diberikan kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Sistem yang mengatur proses adaptasi ini disebut dengan homeostatis, bagaimana mata berkedip ketika ada debu yang masuk ke dalam mata, pori-pori mengeluarkan keringat ketika tubuh kepanasan. Sistem homeostatis ini merupakan usaha tubuh untuk beradaptasi dan mengembalikan keseimbangan tubuh. Tetapi manusia seiring dengan perkembangannya, tidak hanya membutuhkan adaptasi, juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara psikologis yang sering disebut dengan ‘adjustment’ (penyesuaian diri). Ahli Psikologi mendefinisikan penyesuaian diri (adjustment) sebagai usaha individu dalam mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustrasi serta konflik dan tercapainya keharmonisan antara tuntutan diri dan lingkungan dengan melibatkan proses mental dan perilaku. Jadi dalam penyesuaian diri (adjustment) terdapat dua bentuk proses, yaitu proses mental/psikologis dan perilaku.


Manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan, yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk menghadapi lingkungan (stress) beranekaragam, dan keberhasilan dalam penyesuaian diri pun beranekaragam. Bagi mereka yang berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi mereka yang gagal akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik, psikopatik). Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan (pressure) dari lingkungan atau ia


mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam menghadapi stres ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.


Tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri yang baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.


Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.


Manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan, yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk menghadapi lingkungan (stress) beranekaragam, dan keberhasilan dalam penyesuaian diri pun beranekaragam. Bagi mereka yang berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi mereka yang gagal akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik, psikopatik). Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan (pressure) dari lingkungan atau ia mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam menghadapi stres ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.


Tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri yang baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.


Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karakteristik Generasi Z

  Nama Guru                : Mitha Aviska, S. Pd  Mata Pelajaran         : Bimbingan dan Konseling Kelas                            : XII IP...